We are not Afraid

Surat terbuka untuk para terduga teroris

 Untuk para teroris dimanapun anda berada

Sebelumnya perkenankan aku memperkenalkan diri. Namaku adalah Ari Prasetyo Wiyono. Salah satu mahasiswa di perguruan tinggi islam negeri di Jawa Timur. Aku adalah asli keturunan suku jawa, yang pastinya putra asli bangsa Indonesia. 
Sejujurnya aku tidak tau jalan pikiranmu, asal-usul dan latar belakangmu. Jangan mengaku beragama karena memang setiap agama di dunia ini tak mengajarkan sebagaimana gaya hidup mu. Jika saja kau mengaku beragama Islam karena benderamu berlafadz arab, aku tak akan percaya itu. Karena setauku agama Islam tak mengajarkan keburukan gimikmu. 

Memang benar aku hanyalah mahasiswa semester awal yang mungkin saja lemah ilmu. Ketauhidan ku mungkin tak sehebat doktor atau profesor agama. Namun aku teringat ajaran dari dosen ku. Beliau adalah Bapak Tasmin, dosen Metodologi Studi Islam. Beliau berkata bahwa agama Islam adalah pembawa kedamaian dan menghargai perbedaan. Agama Islam pun mengajarkan jika ada urusan sosial yang sangat mendesak, maka ibadahpun boleh ditangguhkan (bukan ditinggalkan). Pahamilah, sholat berjamaah saja pahalanya berlipat ganda dari pada sholat sendiri. Ini menandakan dalam urusan Ibadahpun Tuhan kami tetap menganjurkan kepada kerukunan. Dalam sejarah Rasulullah melindungi mereka yang meminta perlindungan walaupun berbeda keyakinan. Jadi jangan atasnamakan agama.

Jika kau meneror negara kami agar kami takut dan kalangkabut. Kalian salah tempat. Apakah kalian pernah membaca, mendengar, dan mempelajari sejarah kami, bangsa Indonesia. Selama kurang lebih 350 tahun kami telah diteror oleh kompeni Belanda. Ditambah 3,5 tahun Jepang urun meneror kami. Kami tidak takut malah semakin kuat. Meraih kemerdekaan dengan melawan teror-teror penjajah. Lalu setelah merdeka, kami masih harus menghadapi teror agresi. Kami tetap kuat.

Sekarang walaupun kami sudah tak dijajah. Kami tetap dilatih untuk menghadapi teror.  Aku masih ingat, dua tahun lalu. Kami para pelajar dituntut untuk menghadapi teror Ujian Nasional. Kami digembleng untuk terbiasa menghadapi rasa takut dan cemas. Yang lolos dari tekanan mental ujian nasional, sampai sekarang masih hidup. Atau teror dari bus-bus jalanan macam metro mini, kopaja, bahkan sumber kencono. Teror itu sudah biasa kami hadapi dijalanan.

Jangan kau samakan bangsa kami dengan bangsa lain. Bangsaku adalah bangsa pemberani. Bahkan jika aparat keamanan atau militer telah habis, kami rakyat sipil akan swadaya mengangkat senjata untuk melawan. Kami tidak takut. 

Kami punya Pancasila sebagai alat pemersatu kami. Walaupun hanya Jakarta yang kau serang. Daerah lain diseluruh Indonesia akan urun tangan untuk menumpasmu. Apakah kau tak takut. Ingatlah, kami adalah bangsa yang sudah terlatih. Rasa sakit hanya akan sebagai senjata terkuat kami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Dalam Inagurasi

Video Hijrah Seorang Pemuda

Adonan Ultah