Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Review Masa Sekolah.

Gambar
Siapa yang nyangka kalau gue pernah ikut organisasi di sekolah. Ya, sewaktu gue masih duduk dan berdiri di bangku SMK gue ikut OSIS. Organisasi ini lumayan bergengsi di sekolah gue. Hanya orang-orang yang rela capek aja yang boleh ikut.  Gue daftar OSIS dari kelas sepuluh. dan saat itu gue langsung menjabat wakil ketua dua. Dari situ gue mulai belajar ngomong didepan publik, rapat yang baik gimana dan cara bersosialisasi yang benar. Ketika naik kelas sebelas, gue ikut pendaftaran calon pengurus lagi. Pengurus ditahun kemaren harus ikut seleksi lagi di tahun berikutnya. Gue lolos dan menjabat Kasie E (Pendidikan Berorganisasi, Politik dan Kepemimpinan). Jabatan ini yang mengurusi langsung tentang internal pengurus osis dan pembimbing langsung bagi tingkat 1 (kelas sepuluh) Di OSIS gue hampir selalu hadir menjadi panitia di setiap event sekolah. seperti MOS, Perpisahan, DN dan lain-lain. Di kegiatan MOS, gue jadi ketua panitia, karena Kasie E kewajibannya itu. Ini per

Puisi Dalam Inagurasi

Gambar
Intinya gue sekarang adalah maba. Maba di sebuah perguruan tinggi islam negeri. Seperti biasanya, seorang maba selalu dibikin ribet dengan acara-acara yang kurang penting. Salah satunya ospek yang hampir kayak panggung theater. Penuh gaya sedikit makna yang diaduk jadi satu. Selain ospek, inagurasi juga jadi acara (sedikit) penting bagi maba. Inagurasi adalah sebuah acara pensi bagi maba dan ajang promosi bagi UKM yang ada di kampus. Disini setiap kelompok ospek harus menampilkan pensinya.  Ini bencana bagi kelompok gue. Kelompok yang fungky tapi kurang kompak. Kekompakan kita hanya bisa direkatkan dengan sebungkus molen pisang yang masih anget. Dengan kata lain, kita bisa kumpul hanya jika ada sesuatu yang menguntungkan. Masalah mulai muncul ketika penentuan tema pensi yang mau ditampilkan. Ada yang punya ide kita bikin drama. Tapi ini hampir tak mungkin karena buat kumpul pun kesulitan. Akhirnya kita putuskan buat musikalisasi puisi. Arti simpelnya, musikalisasi p

Teman

Sekarang ini gue pengen bahas tentang hal yang mainstream. Teman. Setiap orang pasti tau siapa dia. Setiap orang pasti punya yang namanya teman. Nggak ada manusia di muka bumi ini yang hidup tanpa keberadaan teman. Ketika kau tanya ke orang lain ‘apakah kau punya teman?’ dan dia bilang nggak, berarti dia sedang hidup di hutan.  Hutan adalah tempat yang hampa. Hampa dalam artian tidak ada interaksi sosial didalamnya. Di dalam hutan memang ada banyak tumbuhan dan hewan, tapi nggak mungkin kita meminta bantuan ke hewan atau bahkan tumbuhan jika ada masalah. Disini peran teman, tak bisa digantikan oleh seekor simpanse yang terpandai sekalipun. Memang benar, semua orang pasti punya teman. Tapi hampir separuh penghuni bumi nggak ngerti apa itu teman, seperti apakah idealnya teman. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana jika teman itu menyebalkan. Siapakah yang bisa disebut teman. Di sini gue bertanya-tanya. Berangkat dari pengalaman menghadapi berbagai ciri karakter teman yang berbeda-be