Puisi Dalam Inagurasi
Intinya gue sekarang adalah maba. Maba di sebuah
perguruan tinggi islam negeri. Seperti biasanya, seorang maba selalu dibikin
ribet dengan acara-acara yang kurang penting. Salah satunya ospek yang hampir
kayak panggung theater. Penuh gaya sedikit makna yang diaduk jadi satu.
Selain ospek, inagurasi juga jadi acara (sedikit)
penting bagi maba. Inagurasi adalah sebuah acara pensi bagi maba dan ajang
promosi bagi UKM yang ada di kampus. Disini setiap kelompok ospek harus
menampilkan pensinya.
Ini bencana bagi kelompok gue. Kelompok yang fungky
tapi kurang kompak. Kekompakan kita hanya bisa direkatkan dengan sebungkus
molen pisang yang masih anget. Dengan kata lain, kita bisa kumpul hanya jika
ada sesuatu yang menguntungkan.
Masalah mulai muncul ketika penentuan tema pensi yang
mau ditampilkan. Ada yang punya ide kita bikin drama. Tapi ini hampir tak
mungkin karena buat kumpul pun kesulitan. Akhirnya kita putuskan buat
musikalisasi puisi. Arti simpelnya, musikalisasi puisi adalah pembacaan puisi
yang diiringi musik. Setelah tema pensi dapet, kita mulai cari kandidat yang
mau dikorbankan. Akhirnya dapet, dia anak cewek namanya Puri.
Puri mulai ribet browsing puisi dinternet. Banyak
puisi yang bagus diinternet. Tapi bahasa yang digunakan terlalu berat bagi
Puri. Kini gue dateng sebagai dewa penyelamat. Gue coba bikinin puisi yang
bahasanya sedikit ringan. Jadilah puisi dengan judul SENJA.
Puisi ini menceritakan tentang kehidupan manusia yang
hanya tau kemewahan, tanpa tau kesulitan. Dan ketika dihadapkan dengan
kesulitan hidup, dia mulai menyesal. Menyesali perilakunya yang terlalu sombong
dengan kemewahannya tanpa menyadari suatu saat akan mendapat kesulitan. Lalu
dia mulai mendekatkan diri pada Tuhannya. Tuhan yang selalu mengayomi, menolong
dan memaafkan ketika hambanya berbuat salah.
Inagurasi dilaksanakan dua hari, dan kelompok gue
dapet bagian hari kedua. Puri yang harus dengan ikhlas baca puisi buatan gue
udah siap dengan segala kemungkinan. Dia rajin banget latihan, biar nggak grogi
pas perform nanti. Puisi yang gue bikinin diselembar kertas lusuh, dia salin
dikertas yang bagus dan enak buat dipegang.
Ini puisi karya gue yang di tulis ulang.
Ini nama gue ada. bukti kalo ini emang karya gue.
Ini Puri, si pembaca puisi. Dia nampak tertekan karena pegang puisi buatan gue.
Ini foto si pembaca puisi dan pengarangnya.
Nah pelajaran yang bisa kita dapat adalah. Hargailah setiap karya yang kamu buat. Sesimpel apapun itu tetaplah karya. Karena yang lebih dibutuhkan adalah proses, bukan hasil. Sekian.
Komentar
Posting Komentar