Sajak Biasa Saja
Jika kau tak mau menemui ku, maka akan ku antarkan diriku padamu
Dengan segenap keikhlasan yang ku padu
Kita sama-sama tak tahu siapa yang benar
Jikapun tau, itu hanya pendapat egomu yang selalu benar
Kebenaran yang selalu bersolek kebenaran
Hingga tak dapat terbantahkan kebenaran itu
Selayaknya perkataan ibundaku
Yang tak akan kuanggap salah walaupun salah
Yang akan kuanggap benar walaupun benar
Kebenaran hakiki adalah membahagiakan ibundaku
Walaupun bahagianya mempersalahkan egoku
Sehingga ego ibukulah yang paling benar.
Ego sebenarnya dapat dibelok-belokkan demi kebaikan. Dan kebaikan
yang paling besar adalah kebahagiaan ibundaku. Aku berkata demikian bukan
karena menuhankannya. Tapi berusaha menghambakan diri kepadanya yang mewakili
Tuhanku. Bukankah ibu adalah wakil Tuhan di dunia ini. Ketika seorang anak
dengan mantab mengatakan “ah” pada ibu, maka sebenarnya dia bagaikan makhluk
yang menentang firman-firman Tuhan yang agung. Walaupun tak kupungkiri aku
pernah mengatakan “ah” padanya. Tapi itu sebuah kewajaran makhluk yang belum
memahami indahnya firman-firman Tuhan. Maka setelah ku mengetahui keelokannya,
sesegera mungkin ku mendengarkan firman-firman itu dengan duduk takdzim di
samping perapian yang hangat.
Komentar
Posting Komentar