Persepsi Manusia
Kali ini gue pengen membahas tentang sikap dan
persepsi seseorang. Sebenarnya antara sikap dan persepsi itu saling
berkesinambungan. Seseorang bersikap karena dia memiliki persepsi. Seseorang
memberi senyuman ke orang lain karena dia memiliki persepsi bahwa orang yang
diberi senyuman adalah orang yang baik atau pantas untuk diberi senyuman.
Setiap
manusia pasti mempunyai persepsinya sendiri. (self perseption). Yaitu cara diri
mempersepsikan dirinya sendiri, mempersepsikan orang lain dan bahkan lingkungan
sekitarnya. Kemampuan ini dimiliki oleh setiap orang, yang berguna untuk
memproyeksikan kemungkinan (segala kemungkinan) yang akan terjadi. Sebab-akibat
dan dampak seperti apakah yang akan diterima.
Ya,
setiap orang sebenarnya atau bahkan seharusnya memikirkan apa dampak yang akan
terjadi sebelum bertindak atau berucap sesuatu. Manusia mempunyai waktu paling
sedikit 2 sampai 3 detik untuk berfikir sebelum bertindak. Dan seringkali
kegiatan tersebut tidak disadari. Pada waktu tertentu, manusia tidak berfikir
sebelum bertindak. Sebab dari itu, biasanya dampak negatif yang akan timbul.
Pada
hakikatnya , manusia selalu bersikap bebeda antara manusia satu dengan lainnya,
tergantung bagaimana sikap manusia yang dihadapinya. Dan karena memang sikap
setiap manusia selalu berbeda-beda. Manusia mempunyai ciri khas masing-masing,
baik dari dialek, cara bicara, cara bersikap, cara berfikir dan aura dirinya.
Setiap manusia berbeda. Ini salah satu
kekuasaan Tuhan yang menciptakan sekian juta manusia, tak ada satupun yang sama. Bahkan anak kembar identik pun juga punya
perbedaan.
Lalu
timbul pertanyaan, “mengapa teman ku sikapnya tak seperti biasanya?”. Manusia,
terutama anak muda. Sering menghadapi situasi yang seperti ini. Teman yang
biasanya main bersama, becanda bersama tiba-tiba bersikap tak seperti biasanya.
Dia cenderung diam atau sedikit kurang respect. Kurang menanggapi
guyonan-guyonan teman lainnya. Ketika seseorang bersikap berbeda dari biasanya,
ada kemungkinan orang tersebut mempunyai sebuah masalah yang sangat menggangu
psikisnya. Lalu dirinya secara sadar atau tidak sadar berusaha meredam emosi
(negatif) dirinya sendiri. Ini berdampak pada interaksi sosialnya terhadap
orang lain. Sering kali manusia dalam meredam emosi negatifnya mengurangi porsi
atau bahkan meniadakan (sementara) interaksi sosialnya. Atau tetap ada
interaksi sosial terhadap seseorang yang tidak berpotensi menimbulkan emosi
negatifnya.
Contoh
Kasus:
Budi
mempunyai teman yang bernama Ari dan Rama. Dalam Self Perseption yang ada pada
diri si Budi, Ari memiliki potensi menyulut atau menimbulkan emosi negatifnya.
Lalu dalam persepsi budi, Rama tidak memiliki potensi menyulut atau menimbulkan
emosi negatifnya Budi. Secara sadar atau tidak, Budi akan mengurangi interksi
sosialnya kepada Ari. Dan sebaliknya Budi akan menambah atau tetap konstant
interaksi sosialnya terhadap Rama. Kemampuan inilah yang terkadang tidak
disadari oleh manusia pada umumnya. Budi mengurangi interaksi sosialnya
terhadap Ari karena dalam persepsinya, Ari akan memicu emosi negatifnya muncul.
Persepsi ini muncul atas dasar pengamatan Budi terhadap Ari. Perilaku dan
karakter Ari dianggap dapat menimbulkan konflik. Lalu Budi berusaha menghindar
dari itu. Tanpa ada maksut memusuhi atau menjauhi. Tidak ada yang salah dari
persepsi yang dimiliki Budi. Karena sifatnya menghindari konflik, dan tentunya
konflik adalah hal yang tidak baik. Sesuatu yang baik adalah dia yang mampu
menghindar dari kemungkinan buruk.
Kini,
siapapun harus sadar diri. Ketika seorang teman tak seperti biasanya, cenderung
diam atau kurang respect. Jangan serta merta menyalahkan atau bahkan
memusuhinya. Koreksi diri sendiri. Mungkin dirimu mempunyai perilaku yang
kurang baik.
Komentar
Posting Komentar